Selasa, 22 Maret 2011

Nelayan dan Modernitas

Karagaman kelautan Indonesia cukup banyak menyimpan kekayaan melimpah pun dengan Keindahan bahari yang mempesona menjadi daya tarik Indonesia untuk layak disebut dengan Negara maritime (dengan Pulau pulau yang berbaris). Bukan kebetulan Indonesia memiliki berjuta keindahan alam seperti yang tergambar jelas, bukan juga sekedar “hadiah” dari Sang pencipta namun Indonesia memang pantas mendapatkan semuanya ini. Indonesia menjadi “surga” keindahan alam.

Akan tetapi ironis jika kita berbicara mengenai keanekaragaman yang terkandung di nusantara ini, ketika derap laju pembangunan kian berdegub kencang. Kekayaan alam yang dimiliki kurang dapat dinikmati secara menyeluruh oleh nelayan tradisional dan masyarakat pesisir bawah, hasilnya pembangunan yang terjadi masih menjadi “milik” investor yang menganggap Indonesia sebagai “surga” untuk meraup keuntungan. Alam Indnesia telah “terbeli” oleh pihak pihak yang mengatasnamakan pembangunan (yang menurut saya kurang begitu berlanjut/sustainable). Lalu bagaimana dengan masyarakat penghuni pesisir? Sebagian besar mereka (masyarakat pesisir) hanya menjadi “penonton” atas keberhasilan pembangunan kawasan pesisir, dengan kecil persentase mereka dapat menikmati hasil pembangunan tersebut.

Dok. Nanang Ch/2009
Nelayan dan kelompok sosial bawah secara tegas menjadi saksi bahwa tak selamanya pembangunan itu berbuah manis. Program pembangunan daerah oleh pemerintah lebih condong menggandeng swasta sebagai partner dari pada masyarakat lokal (yang memang seharusnya diikutsertakan). Data Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2010 menunjukkan, jumlah nelayan di Indonesia hingga 2008 mencapai 2.240.067 nelayan. Dari jumlah tersebut, dua juta di antaranya bergantung pada perikanan tradisional (menggunakan peralatan dan pengetahuan yang serba terbatas untuk menangkap ikan). Dapat dibayangkan jika pantai dan laut terus menerus didominasi oleh sektor privat yang memiliki pengetahuan dan peralatan yang lebih modern, cepat atau lambat nelayan tradisional harus menarik perahunya ke darat dengan nasib yang tak jelas, berganti profesi ke sektor informal, seperti pekerja bangunan maupun buruh pabrik.
Dok. Nanang Ch/2009

Sektor privat dengan kekuatan modal dan teknologi yang maju mampu secara maksimal mengeksploitasi laut beserta isinya, sehingga tak jarang membawa dampak yang buruk bagi keberlangsungan ekosistem laut dari kerusakan, overfishing sampai dengan illegal fishing yang banyak dilakukan oleh nelayan dari Negara tetangga semakin mempersulit langkah nelayan tradisional Indonesia untuk mencapai harapan hidup yang lebih baik.

Fakta yang tergambar diatas menjelaskan bahwa kekayaan dan keindahan alam bahari Indonesia akan menjadi mitos belaka ketika roda pembangunan terus bergulir dan serentak membungkus landsekap keindahan pesisir itu. Negara ironi akan menjadi sebutan baru bagi Indonesia ditengah kekayaan alam yang melimpah namun masih banyak dijumpai nasib rakyatnya yang hidup jauh dari sejahtera, dan semakin memperjelas kesenjangan kelas antara pemodal dan rakyat bawah yang terpinggirkan akibat kaki pembangunan. (nch)


2 komentar:

  1. SEMANGAT UNTUK NELAYAN INDONESIAA !!!

    BalasHapus
  2. sedikit perhatian pemerintah dan modernisasi penangkapan ikan akan mengubah nasib para nelayan indonesia, maju terus nelayan INDONESIA!!!!!

    BalasHapus